Rabu, 02 Mei 2012

A. ISU STRATEGIS DAN ANLISA INTERNAL DAN EKSTERNAL PERTANIAN DI PROV.PAPUA BARAT


A.            Isu Strategis dan Analisa Internal dan Eksternal

Kelembagaan Pemerintahan
Data pemerintahan yang dimaksud adalah jumlah Kabupaten/Kota. Distrik dan, kampung yang berada di Provinsi Papua Barat, seperti disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 1.   Luas Wilayah dan Kelembagaan Pemerintahan di Provinsi Papua Barat .  
No
Kabupaten /
Kota
Ibu Kota
Luas
Wilayah
Jumlah
Distrik
Jumlah Kelurahan
Jmlah Kampung

1.

Fak Fak

Fak Fak

14.320,00

9

5

108
2.
Kaimana
Kaimana
18.500,00
7
1
82
3.
Teluk Wondama
Wasior
12.146,62
13
0
56
4.
Teluk Bintuni
Bintuni
18.637,00
24
2
97
5.
Manokwari
Manokwari
14.448,50
29
9
423
6.
Sorong Selatan
Teminabuan
29.810,00
14
3
217
7.
Sorong
Aimas
25.324,00
18
5
110
8.
Raja Ampat
Waisai
6.084,50
17
0
85
9.
Kota Sorong
Sorong
1.105,00
6
22
22
Papua Barat
140.375,62
137
47

1.200

Sumber : Provinsi Papua Barat dalam Angka 2009

B.      Kondisi Umum Pertanian

1.             Keadaan Penyuluhan Pertanian
Keadaan / kondisi penyuluhan pertanian di Provinsi Papua Barat boleh dikatakan masih tertinggal jauh, bila dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia.  Hal ini terlihat dari data kondisi penyuluh pertanian dan kelembagaannya saat ini, sebagai berikut : jumlah PPL, 248 orang, memiliki 21 BPP dan terdapat 1.496 kelompok tani.  Dari 21 BPP tersebut, hanya 2 unit di Kabupaten Manokwari yang dikategorikan baik, sisanya 18 unit rusak berat dan 1 unit rusak ringan karena umumnya dibangun Tahun 1981/1982, selain itu, juga dibeberapa kabupaten pemekaran hanya tersedia 1 BPP dan di Kabupaten Sorong Selatan belum tersedia BPP.  Apabila dihubungkan dengan data kelembagaan pemerintahan dari BPS, maka tahun 2006 terdapat kesenjangan rasio penyuluh yang sangat besar, yaitu 1 :  4 (satu orang penyuluh melayani 4 kampung), idealnya 1 : 1.

2.             Potensi Lahan Pertanian
Sesuai data BPS Provinsi Papua Barat Tahun 2009, luas lahan tersedia yang cocok bagi pengembangan pertanian di Provinsi Papua Barat seluas 2.180.764 Ha.  Dimana telah digunakan sebesar 624.313 Ha, sehingga tersisa 2.794.411 Ha, seperti disajikan dalam Tabel berikut.

Tabel 2. Luas Lahan yang sesuai untuk pengembangan pertanian di Provinsi    
               Papua Barat.
Kabupaten/Kota
Luas Lahan (ha)
Sesuai
Telah digunakan *)
Tersedia
Fak Fak
553.784
184.651
369.133
Kaimana
312.807
71.305
241.502
Teluk Wondama
46.342
14.599
31.743
Teluk Bintuni
783.176
26.378
756.798
Manokwari
145.977
98.699
47.278
Sorong Selatan
477.321
30.953
446.368
Kota Sorong
454.150
166.208
287.942
Raja Ampat
20.854
31.520
0
Jumlah
2.794.411
624.313
2.180.764
Sumber : Provinsi Papua Barat dalam Angka 2009
      
Tabel 3. Sebaran dan Tipe Lahan yang Sesuai (17,2 Juta Ha).
Sebaran
Sawah
lahan basah)
Semusim
(lahan kering)
Tanaman Tahunan
Dataran rendah
7.212.347
4.141.909
5.616.860
Dataran tinggi
198.060
42.964
141.620
Total
7.410.407
4.184.873
5.758.480
        Tabel 4. Luas Lahan Potensial untuk Pengembangan Pertanian
Kabupaten/Kota
Areal Pengembangan Pertanian (ha)
Tanaman Pangan/Horti
Ternak/Ikan
Kebun
Jumlah
Fak Fak
139.025
4.634
405.491
         553.784
Kaimana
243.294
25.488
44.025
         312.807
Teluk Wondama
23.171
0
23.171
            46.342
Teluk Bintuni
602.443
0
180.733
         783.176
Manokwari
60.244
0
85.732
         145.977
Sorong Selatan
354.515
0
122.806
         477.321
Kota /Sorong
259.514
2.317
192.318
         454.150
Raja Ampat
9.268
0
11585
            20.854
Jumlah
1.691.476
32.439
1.065.861
      2.794.411

Tabel 5. Luas Areal Pengembangan Padi Sawah dan Sagu
Kabupaten/Kota
Komoditas
Padi
Sagu
Fak Fak
71.830
60.244
Kaimana
69.513
157.562
Teluk Wondama
20.854
2.317
Teluk Bintuni
194.636
57.927
Manokwari
-
-
Sorong Selatan
229.392
32.439
Kota /Sorong
39.391
64.879
Raja Ampat
-
9.268
Jumlah
625.616
384.636

Tabel 6. Proyeksi Kebutuhan Beras dan Luas Panen Padi Sawah 2006 – 2025
Tahun
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Kebutuhan Beras
(Ton)
Kontribusi Ladang (Ton)
Kontribusi Sawah (Ton)
Kebutuhan Sawah
(Ha)
2006
702.202
56.176
1350
54.826
19.339
2010
821.793
65.743
1350
64.393
22.714
2015
1.000.318
80.025
1350
78.675
27.751
2020
1.217.625
97.410
1350
96.060
33.884
2025
1.482.139
118.571
1350
117.221
41.348


Asumsi :
1                Pertumbuhan penduduk 4.01 % per tahun
2                Konsumsi beras 80 kg/kapita/tahun
3                Luas panen padi ladang tetap (1000 ha) berdasarkan data BPS-PB (2007)
4                Indeks panen (IP) padi ladang 1,0; Produktifitas padi ladang: 2,5 ton/ha
5                Kehilangan padi pada penyimpanan dan pengangkutan; 10 %
6                Rendemen padi 60%
7                Produktivitas padi sawah 3,5 ton/ha; IP padi sawah: 1,5

Tabel 7. Jaringan Irigasi dan Luas Sawah.
Jaringan irigrasi (termasuk rencana)
27.000 Ha
Luas panen sekarang
7.455 Ha
Luas sawah baku (perkiraan)
5.000 Ha
Kebutuhan sawah 2006;100% SS
19.339 Ha
Kebutuhan sawah 2014;100% SS
26.663 Ha
Kebutuhan sawah 2025;100% SS
41.348 Ha
Potensi lahan untuk sawah
625.616 Ha


Tabel 8. Luas Areal Pengembangan Padi Gogo dan Hortikultura.
Kabupaten/Kota
Komoditas
Padi gogo, Jagung,
Ubi-ubian
Hortikultura
(sayuran/buah)
Fak Fak
6.951
0
Kaimana
0
9.268
Teluk Wondama
0
0
Teluk Bintuni
60.244
0
Manokwari
0
9.270
Sorong Selatan
32.440
4.634
Sorong/Kota
20.854
92.684
Raja Amapt
0
0
Jumlah
120.489
115.856


Tabel 9. Tingkat Konsumsi Pangan Lokal di Papua Barat.
Jenis Pangan
Konsumsi (kg/kapita/th)
Kebutuhan
(Ton/Thn)
Produksi Lokal
(Ton)
Beras
80
56.176
27.518
Sagu
14
9.831
Na
Ubi Jalar
17
11.937
21405
Keladi
2
1.404
Na

3.             Pertumbuhan PDRB Pertanian
Sesuai Data Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat Tahun 2009, menunjukkan pertumbuhan yang positif apabila dibandingkan dengan tahun 2008. Hal ini berkaitan dengan adanya beberapa sektor yang mengalami percepatan pertumbuhan. Pada Tahun 2009, besaran nilai PDRB atas dasar harga berlaku mencapai Rp. 14,547,73 milliar, sedangkan atas harga konstan 2000 mencapai Rp. 6.768,20 milliar. Sementara pertumbuhan ekonomi Papua Barat tahun 2009 sebesar 6,26 persen terhadap tahun 2008 (year on year). Pertumbuhan PDRB tanpa migas pada tahun 2009 mencapai 7,36 persen, lebih tinggi dari pertumbuhan PDRB dengan migas yang besarnya 6,26 persen. Semua pertumbuhan ekonomi mengalami pertumbuhan positif selama tahun 2009.
Indikator ketenagakerjaan di Provinsi Papua Barat yang terpenting adalah terkait isu pengangguran. Jumlah pengangguran mengalami peningkatan pada Agustus 2009 menjadi 26.626 orang dibandingkan dengan kondisi Agustus 2008 sebesar 26.189 orang.
Pertumbuhan ekonomi di Provinsi Papua Barat tahun 2009 mencapai 6,26 persen atau lebih tinggi dari capaian pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya 4,55 persen akibat terkena dampak krisis global pada sepanjang tahun 2009.
Dalam rentang lima tahun terakhir sektor-sektor utama yang mendominasi penciptaan PDRB di Papua Barat adalah sektor pertanian. Sekor pertanian merupakan sektor kontribusi terbesar terhadap PDRB Papua Barat yaitu berada pada kisaran 24 sampai 27 %, dengan kecenderungan menurun pada setiap tahunnya. Pada tahun 2005 kontribusinya sebesar 27,20 persen kemudian pada tahun-tahun berikutnya mengecil menjadi 27,15 persen; 26,65 persen; 24,92 persen; dan terakhir sebesar 24,52 persen pada tahun 2009.

4.             Produksi Komoditas Pertanian
a.             Komoditas  Tanaman Pangan
Produksi komoditas pertanian tanaman pangan di Provinsi Papua Barat  tahun 2011, adalah sebagai berikut:
1.             Luas panen padi sawah + gogo sebesar 16.566 hektar dengan produksi 58.608 ton, sehingga produktivitas rata – rata per hektarnya 54,11 kwintal per hektar atau 5,4 ton per hektar.
2.             Luas panen jagung di Provinsi Papua Barat sebesar 1.278 hektar dengan produksi 2.125 ton, sehingga produktivitas per hektarnya adalah 16.63 kwintal atau setara dengan 1,7  ton per hektar.
3.             Luas panen kedelai Provinsi Papua Barat sebesar 375 hektar dengan produksi 403 ton, sehingga produktivitas per hektarnya adalah 10,74 kwintal atau setara dengan 1,1  ton per hektar.
4.             Luas panen kacang tanah di Provinsi Papua Barat sebesar 596 hektar dengan produksi 625 ton, sehingga produktivitas per hektarnya adalah 10,49 kwintal atau setara dengan 1,1  ton per hektar.
5.             Luas panen kacang hijau di Provinsi Papua Barat sebesar 257 hektar dengan produksi 264 ton, sehingga produktivitas per hektarnya adalah 10,28 kwintal atau setara dengan 1,0  ton per hektar.
6.             Luas panen ubi kayu di Provinsi Papua Barat sebesar 1.744 hektar dengan produksi 20.440 ton, sehingga produktivitas per hektarnya adalah 117,20 kwintal atau setara dengan 11,7  ton per hektar.
7.             Luas panen ubi jalar di Provinsi Papua Barat sebesar 1.018 hektar dengan produksi 10.410 ton, sehingga produktivitas per hektarnya adalah 102,26 kwintal atau setara dengan 10,22  ton per hektar.
       
b.             Komoditas Hortikultura
Komoditas Hortikultura dibagi menjadi komoditas yaitu sayur-sayuran ,buah-buahan dan biofarmaka.
Berdasarkan data ATAP Hortikultura 2011 luas panen, produksi dan produktivitas di Papua Barat sebagai berikut :

® Sayur – sayuran :
1.        Luas panen bawang merah di Provinsi Papua Barat sebesar 77 hektar dengan produksi 106 ton, sehingga produktivitas per hektarnya  adalah 1,4 ton.
2.         Luas panen bawang putih di Provinsi Papua Barat sebesar 5 hektar dengan produksi 3 ton, sehingga produktivitas per hektarnya 0,6 ton.
3.          Luas panen bawang daun di Provinsi Papua Barat sebesar 69 hektar dengan produksi 139 ton, sehingga produktivitas per hektarnya 2,0 ton.
4.             Luas panen kentang di Provinsi Papua Barat sebesar 86 hektar dengan produksi 256 ton, sehingga produktivitas per hektarnya adalah 2,98 ton.
5.             Luas panen kubis di Provinsi Papua Barat sebesar 154 hektar dengan produksi 310 ton, sehingga produktivitas per hektarnya adalah 2,0 ton.
6.             Luas panen kembang kol di Provinsi Papua Barat sebesar 28 hektar dengan produksi 67 ton, sehingga produktivitas per hektarnya adalah 2,4 ton.
7.             Luas panen kacang panjang di Provinsi Papua Barat sebesar 624 hektar dengan produksi 2.301 ton, sehingga produktivitas per hektarnya adalah 3,7 ton.
8.        Luas panen cabe besar di Provinsi Papua Barat sebesar 285 hektar dengan produksi 1.085 ton, sehingga produktivitas per hektarnya adalah 3,8  ton.
9.        Luas panen  cabe rawit di Provinsi Papua Barat sebesar 504 hektar dengan produksi 1.642 ton, sehingga produktivitas per hektarnya adalah 3,3 ton.
10.        Luas panen petsai / sawi di Provinsi Papua Barat sebesar 636 hektar dengan produksi 1.734 ton, sehingga produktivitas per hektarnya adalah 2,7 ton.
11.       Luas panen wortel di Provinsi Papua Barat sebesar 14 hektar dengan produksi 25 ton, sehingga produktivitas per hektarnya adalah 1,8 ton.
12.      Luas panen tomat di Provinsi Papua Barat sebesar 400 hektar dengan produksi 1.961 ton, sehingga produktivitas per hektarnya adalah 4,9 ton.
13.      Luas panen terung di Provinsi Papua Barat sebesar 300 hektar dengan produksi 1.894 ton, sehingga produktivitas per hektarnya adalah 6,3 ton.
14.         Luas panen buncis di Provinsi Papua Barat sebesar 197 hektar dengan produksi 767 ton, sehingga produktivitas per hektarnya adalah 3,9 ton.
15.         Luas panen ketimun di Provinsi Papua Barat sebesar 361 hektar dengan produksi 1.430 ton, sehingga produktivitas per hektarnya adalah 4,0 ton.
16.       Luas panen kangkung di Provinsi Papua Barat sebesar 490 hektar dengan produksi 3.327 ton, sehingga produktivitas per hektarnya adalah 6,8 ton.
17.      Luas panen bayam di Provinsi Papua Barat sebesar 581 hektar dengan produksi 1.645 ton, sehingga produktivitas per hektarnya adalah 2,8  ton.

® Buah – buahan :
1.             Luas panen Alpukat di Provinsi Papua Barat sebesar 33 hektar dengan produksi 3.106  ton, sehingga  produktivitas  per hektarnya  adalah 931,1 ton.
2.          Luas panen Duku/Langsat/kokosan di Provinsi Papua Barat sebesar 106 hektar dengan produksi 8.796 ton, sehingga produktivitas per hektarnya 814,4 ton.
3.             Luas panen Durian di Provinsi Papua Barat sebesar 162 hektar dengan produksi 17.377 ton, sehingga produktivitas per hektarnya 1072,7 ton.
4.             Luas panen Jambu biji di Provinsi Papua Barat sebesar 64 hektar dengan produksi 2.735 ton, sehingga produktivitas per hektarnya adalah 428,2 ton.
5.         Luas panen Jeruk siam/keprok di Provinsi Papua Barat sebesar 38 hektar dengan produksi 1.488 ton, sehingga produktivitas per hektarnya adalah 391,6 ton.
6.             Luas panen Jeruk besar di Provinsi Papua Barat sebesar 9 hektar dengan produksi 1.257 ton, sehingga produktivitas per hektarnya adalah 139,7 ton.
7.           Luas panen Mangga di Provinsi Papua Barat sebesar 55 hektar dengan produksi 5.266 ton, sehingga  produktivitas   per hektarnya  adalah 957.8 ton.
8.        Luas panen Manggis di Provinsi Papua Barat sebesar 0,3 hektar dengan produksi 9 kuintal, sehingga produktivitas per hektarnya adalah 3,21 ton.
9.             Luas panen  Nangka/cempedak di Provinsi Papua Barat sebesar 60 hektar dengan produksi 5.503 ton , sehingga produktivitas per hektarnya adalah 917,2 ton.
10.         Luas panen Nenas di Provinsi Papua Barat sebesar 230 hektar dengan produksi 1,070 ton, sehingga  produktivitas per hektarnya adalah 46,4 ton.
11.         Luas panen Pepaya di Provinsi Papua Barat sebesar 100 hektar dengan produksi 5,537 ton, sehingga  produktivitas per hektarnya adalah 554,2 ton.
12.         Luas panen Pisang di Provinsi Papua Barat sebesar 953 hektar dengan produksi 39.769 ton, sehingga  produktivitas per hektarnya adalah 417,5 ton.
13.         Luas panen Rambutan di Provinsi Papua Barat sebesar 39 hektar dengan produksi 2.789 ton, sehingga  produktivitas  per  hektarnya adalah 713,1 ton.
14.         Luas panen Salak di Provinsi Papua Barat sebesar 254 hektar dengan produksi 832 ton, sehingga produktivitas  per hektarnya adalah 32,8 ton.
15.         Luas panen Sirsak di Provinsi Papua Barat sebesar 12 hektar dengan produksi 326 ton, sehingga produktivitas per hektarnya adalah 27,2 ton.
16.         Luas panen Sukun di Provinsi Papua Barat sebesar 35 hektar dengan produksi 1.845 ton, sehingga  produktivitas  per  hektarnya adalah 534,8 ton.
17.         Luas panen Petai di Provinsi Papua Barat sebesar 6 hektar dengan produksi 364 ton, sehingga produktivitas per hektarnya adalah 60,7 ton.

® Biofarmaka :
1.             Luas panen Jahe di Provinsi Papua Barat sebesar 6.881 m2 dengan produksi 10.943 kg, sehingga  produktivitas  1.49 kg/m2 .
2.             Luas panen Laos/lengkuas di Provinsi Papua Barat sebesar 10.580 m2 dengan produksi 15.914 kg, sehingga produktivitas 1.43 kg/m2.
3.             Luas panen Kencur di Provinsi Papua Barat sebesar 4.299 m2 dengan produksi 4.889 kg, sehingga produktivitas 1.12 kg/m2.
4.             Luas panen Kunyit di Provinsi Papua Barat sebesar 8.959 m2 dengan produksi 19.516 kg, sehingga produktivitas 2.10 kg/m2.
5.             Luas panen Lempuyang di Provinsi Papua Barat sebesar 60 m2 dengan produksi 1.265 kg, sehingga produktivitas 21.08 kg/m2.
6.             Luas panen Temulawak di Provinsi Papua Barat sebesar 2.097 m2 dengan produksi 8.413 kg, sehingga produktivitas 3.99 kg/m2.
7.             Luas panen Temuireng di Provinsi Papua Barat sebesar 928 m2 dengan produksi 1.322 kg, sehingga produktivitas 1.42 kg/m2.
8.             Luas panen Dlingo/Dringo di Provinsi Papua Barat sebesar 55 m2 dengan produksi 783 kg, sehingga produktivitas 11.69 kg/m2.
9.             Luas panen Kapulaga di Provinsi Papua Barat sebesar 70 m2 dengan produksi 313 kg, sehingga produktivitas 2.85 kg/m2.
10.         Luas panen Mengkudu/Pace di Provinsi Papua Barat sebesar 373 m2 dengan produksi 6.910 kg, sehingga produktivitas 16.69 kg/m2.
11.         Luas panen Mahkota Dewa di Provinsi Papua Barat sebesar 175 m2 dengan produksi 9.800 kg, sehingga produktivitas 51.58 kg/m2.
12.         Luas panen Kejibeling di Provinsi Papua Barat sebesar 32 m2 dengan produksi 1.122 kg, sehingga produktivitas 35.06 kg/m2.
13.         Luas panen Sambiloto di Provinsi Papua Barat sebesar 170 m2 dengan produksi 1.117 kg, sehingga produktivitas 5.73 kg/m2.

c.             Komoditas Peternakan
Komoditas peternakan unggulan di Provinsi Papua Barat adalah sapi potong, kambing dan babi.  Sedangkan komoditi ternak unggas, yaitu ayam ras petelur, ayam ras pedaging, ayam kampung dan itik.  Data populasi, produksi daging dan produksi  telur,  Provinsi Papua Barat Tahun 2011, adalah sebagai berikut:
1.             Populasi Ternak
Populasi  ternak di Provinsi Papua Barat relatif kecil bila dibandingkan dengan luas wilayah, ketersediaan pakan ternak, daya beli dan peluang pasar.  Populasi ternak sapi potong tercatat Tahun 2011 adalah : 41.462 ekor;  ternak kambing : 16.810 ekor;  ternak babi, 75.811 ekor.  Sedangkan jenis unggas adalah ayam ras petelur : 64.238 ekor;  ayam ras pedaging : 581.089;  itik, 19.693 ekor.
2.             Produksi Daging
Produksi daging di Provinsi Papua Barat Tahun 2011 sebesar 3.945.753 Kg, dengan rincian : Daging sapi, 2.306.136 Kg,  daging kambing, 39.834 Kg, daging babi : 345.582 Kg.  Sedangkan untuk ternak unggas, sumbangan terbesar berasal dari  ayam kampung, yaitu : 767.944 Kg diikuti oleh  ayam ras pedaging  , 454.464 Kg, ayam ras petelur, 20.489 dan itik, 11.334 Kg.
3.             Produksi Telur
Produksi telur di Provinsi Papua Barat Tahun 2011 sebesar 807.215 Kg, dengan rincian :  telur ayam kampung, 351.884 Kg, ayam ras petelur, 349.166 Kg dan itik, 106.165  Kg.
4.             Sarana dan Prasarana Kesehatan Hewan
Sarana dan prasarana kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner sangat kurang, sebagai berikut ; Tenaga medik Dokter hewan, 4 orang, laboratorium type C, 1 unit; Klinik hewan 2 unit, pos kesehatan hewan tidak ada, laboratorium kesehatan masyarakat veteriner tidak ada, rumah potong hewan, 2 unit; peralatan laboratorium masih sederhana / belum lengkap.
d.             Kemandirian dan Ketahanan Pangan
Melihat data produksi produk pertanian tersebut diatas,  ternyata masih sangat kurang untuk kemandirian dan ketahanan pangan daerah.  Umumnya produk yang kurang adalah komoditas introduksi dan perlu penanganan khusus, seperti  beras, sayuran dataran tinggi, daging ayam broiler, telur ayam ras dan susu.  Sebagai gambaran, sesuai data dari Badan Pusat  Statistik (BPS) , Tahun 2005  Bulog terpaksa membeli  17.820.371 ton beras dari daerah lain untuk menutupi kekurangan stok kebutuhan  beras di Provinsi Papua Barat karena kualitas produksi beras lokal tidak mampu bersaing.  Demikian juga produk peternakan, data Dinas Pertanian Peternakan dan Ketahanan Pangan  Provinsi Papua Barat,  Tahun 2005 untuk menutupi kekurangan produksi dan tingginya permintaan pasar,   rata – rata para importir memasukan  daging sapi sebanyak  470,83 kg /bulan atau 5.650 kg / tahun;  daging ayam broiler beku sebanyak  32.195 kg/bulan atau 386.335 kg/tahun dan telur ayam ras sebanyak 78.644 kg/bulan atau 943.731 kg/tahun setara dengan 14.155.965 butir telur ayam ras per tahun.

e.             Peningkatan eksport
Mengingat produksi pangan lokal belum mampu untuk memenuhi kebutuhan ketahanan pangan daerah, maka peningkatan ekspor  produk tanaman bahan makanan dan peternakan relatif  sangat kecil.  Umumnya produk yang mampu bersaing untuk dieksport adalah komoditas lokal, seperti keladi, talas  dan ternak babi  lokal.

f.              Kesejahteraan Petani
Memperhatikan produksi,  kemandirian dan ketahanan pangan dan peningkatan eksport,  serta data informasi harga pasar, maka dapat disimpulkan bahwa rata – rata tingkat pendapatan dan kesejahteraan petani dikatagorikan  rendah, yaitu berkisar  Rp. 500.000  - 750.000,-  per bulan.

C.      Isu – Isu Strategis Sektor
Pembangunan pertanian di Provinsi Papua Barat merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian nasional, sehingga isu – isu strategis sektor pertanian nasional secara langsung menjadi bagian yang tak terpisahkan untuk dicari solusinya.  Adapun isu strategis sektor pertanian, antara lain :
a.              Pelaksanaan tata pemerintahan yang bersih dan transparan (Good  Governance);
b.             Revitalisasi Penyuluhan Pertanian.
c.       Pasar bebas, (mengutamakan keunggulan komparatif dari setiap produk yang  dihasilkan, sehingga terjadi persaingan bebas sesuai dengan mekanisme pasar);
d.             Otonomi daerah,  (setiap daerah diberi kewenangan sepenuhnya untuk mengelola sumber daya yang tersedia untuk kesejahteraan masyarakat  tanpa campur tangan / intervensi pusat);
e.              Program aksi 2 (dua) juta ton beras Tahun 2007 dan Program aksi kecukupan daging Tahun 2010.
f.       Kasus wabah flu burung di seluruh Indonesia (khusus Papua Barat, masih tergolong daerah aman, tetapi beresiko tinggi).
g.     Fenomena iklim yang tak menentu, sehingga mempengaruhi musim tanam, kerusakan tanaman, gagal panen dan lalin – lain.
i.      Tingginya tingkat kehilangan hasil padi secara nasional yang mencapai rata-rata  20% setiap musim panen.
j.        Tingginya tingkat pemotongan ternak betina produktif secara nasional mencapai 25% per tahun.
k.       Kecenderungan konsumen untuk mengkonsumsi produk pertanian organik (kembali ke alam) dan menolak produk pertanian an organik (residu bahan kimia ).
l.        Kompleksnya serangan OPT dan Penyakit ternak, sehingga perlu perhatian khusus.
m.      Alih fungsi lahan pertanian sangat cepat, tetapi tidak diimbangi dengan perluasan  areal yang baru.
n.      Hak patent dan hak publik,  (hasil karya seseorang maupun potensi lokalita didaerah sedapat mungkin dilindungi dan dijadikan sebagai potensi unggulan);
o.       Posisi tawar dan nilai tukar petani rendah (high risk – low profit);
p.       Pelestarian lingkungan;
q.       Investasi swasta ;
r.       Budaya Korupsi, Kolusi dan Nepotismen (KKN).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar