A.
Isu Strategis dan Analisa Internal dan
Eksternal
Kelembagaan Pemerintahan
Data
pemerintahan yang dimaksud adalah jumlah Kabupaten/Kota. Distrik dan, kampung yang berada di Provinsi Papua Barat, seperti
disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 1. Luas
Wilayah dan Kelembagaan Pemerintahan di Provinsi Papua Barat .
No
|
Kabupaten /
Kota
|
Ibu Kota
|
Luas
Wilayah
|
Jumlah
Distrik
|
Jumlah Kelurahan
|
Jmlah Kampung
|
1.
|
Fak Fak
|
Fak Fak
|
14.320,00
|
9
|
5
|
108
|
2.
|
Kaimana
|
Kaimana
|
18.500,00
|
7
|
1
|
82
|
3.
|
Teluk Wondama
|
Wasior
|
12.146,62
|
13
|
0
|
56
|
4.
|
Teluk Bintuni
|
Bintuni
|
18.637,00
|
24
|
2
|
97
|
5.
|
Manokwari
|
Manokwari
|
14.448,50
|
29
|
9
|
423
|
6.
|
Sorong Selatan
|
Teminabuan
|
29.810,00
|
14
|
3
|
217
|
7.
|
Sorong
|
Aimas
|
25.324,00
|
18
|
5
|
110
|
8.
|
Raja Ampat
|
Waisai
|
6.084,50
|
17
|
0
|
85
|
9.
|
Kota Sorong
|
Sorong
|
1.105,00
|
6
|
22
|
22
|
Papua Barat
|
140.375,62
|
137
|
47
|
1.200
|
Sumber : Provinsi Papua
Barat dalam Angka 2009
B. Kondisi Umum Pertanian
1.
Keadaan
Penyuluhan Pertanian
Keadaan / kondisi penyuluhan
pertanian di Provinsi Papua Barat boleh dikatakan masih tertinggal jauh, bila
dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia.
Hal ini terlihat dari data kondisi penyuluh pertanian dan kelembagaannya
saat ini, sebagai berikut : jumlah PPL, 248 orang, memiliki 21 BPP dan terdapat
1.496 kelompok tani. Dari 21 BPP
tersebut, hanya 2 unit di Kabupaten Manokwari yang dikategorikan baik, sisanya
18 unit rusak berat dan 1 unit rusak ringan karena umumnya dibangun Tahun
1981/1982, selain itu, juga dibeberapa kabupaten pemekaran hanya tersedia 1 BPP
dan di Kabupaten Sorong Selatan belum tersedia BPP. Apabila dihubungkan dengan data kelembagaan
pemerintahan dari BPS, maka tahun 2006 terdapat kesenjangan rasio penyuluh yang
sangat besar, yaitu 1 : 4 (satu orang
penyuluh melayani 4 kampung), idealnya 1 : 1.
2.
Potensi
Lahan Pertanian
Sesuai data BPS Provinsi Papua
Barat Tahun 2009, luas lahan tersedia yang cocok bagi pengembangan pertanian di
Provinsi Papua Barat seluas 2.180.764 Ha.
Dimana telah digunakan sebesar 624.313 Ha, sehingga tersisa 2.794.411 Ha,
seperti disajikan dalam Tabel berikut.
Tabel
2. Luas
Lahan yang sesuai untuk pengembangan pertanian di Provinsi
Papua Barat.
Kabupaten/Kota
|
Luas Lahan (ha)
|
||
Sesuai
|
Telah digunakan *)
|
Tersedia
|
|
Fak
Fak
|
553.784
|
184.651
|
369.133
|
Kaimana
|
312.807
|
71.305
|
241.502
|
Teluk
Wondama
|
46.342
|
14.599
|
31.743
|
Teluk
Bintuni
|
783.176
|
26.378
|
756.798
|
Manokwari
|
145.977
|
98.699
|
47.278
|
Sorong
Selatan
|
477.321
|
30.953
|
446.368
|
Kota
Sorong
|
454.150
|
166.208
|
287.942
|
Raja
Ampat
|
20.854
|
31.520
|
0
|
Jumlah
|
2.794.411
|
624.313
|
2.180.764
|
Sumber : Provinsi Papua Barat dalam Angka
2009
|
Tabel 3. Sebaran dan Tipe Lahan
yang Sesuai (17,2 Juta Ha).
Sebaran
|
Sawah
lahan basah)
|
Semusim
(lahan kering)
|
Tanaman Tahunan
|
Dataran rendah
|
7.212.347
|
4.141.909
|
5.616.860
|
Dataran tinggi
|
198.060
|
42.964
|
141.620
|
Total
|
7.410.407
|
4.184.873
|
5.758.480
|
Tabel
4. Luas Lahan Potensial untuk Pengembangan Pertanian
Kabupaten/Kota
|
Areal Pengembangan Pertanian (ha)
|
|||
Tanaman Pangan/Horti
|
Ternak/Ikan
|
Kebun
|
Jumlah
|
|
Fak Fak
|
139.025
|
4.634
|
405.491
|
553.784
|
Kaimana
|
243.294
|
25.488
|
44.025
|
312.807
|
Teluk Wondama
|
23.171
|
0
|
23.171
|
46.342
|
Teluk Bintuni
|
602.443
|
0
|
180.733
|
783.176
|
Manokwari
|
60.244
|
0
|
85.732
|
145.977
|
Sorong Selatan
|
354.515
|
0
|
122.806
|
477.321
|
Kota /Sorong
|
259.514
|
2.317
|
192.318
|
454.150
|
Raja Ampat
|
9.268
|
0
|
11585
|
20.854
|
Jumlah
|
1.691.476
|
32.439
|
1.065.861
|
2.794.411
|
Tabel 5. Luas Areal Pengembangan
Padi Sawah dan Sagu
Kabupaten/Kota
|
Komoditas
|
|
Padi
|
Sagu
|
|
Fak Fak
|
71.830
|
60.244
|
Kaimana
|
69.513
|
157.562
|
Teluk Wondama
|
20.854
|
2.317
|
Teluk Bintuni
|
194.636
|
57.927
|
Manokwari
|
-
|
-
|
Sorong Selatan
|
229.392
|
32.439
|
Kota /Sorong
|
39.391
|
64.879
|
Raja Ampat
|
-
|
9.268
|
Jumlah
|
625.616
|
384.636
|
Tabel 6. Proyeksi Kebutuhan Beras
dan Luas Panen Padi Sawah 2006 – 2025
Tahun
|
Jumlah Penduduk (Jiwa)
|
Kebutuhan Beras
(Ton)
|
Kontribusi Ladang (Ton)
|
Kontribusi Sawah (Ton)
|
Kebutuhan Sawah
(Ha)
|
2006
|
702.202
|
56.176
|
1350
|
54.826
|
19.339
|
2010
|
821.793
|
65.743
|
1350
|
64.393
|
22.714
|
2015
|
1.000.318
|
80.025
|
1350
|
78.675
|
27.751
|
2020
|
1.217.625
|
97.410
|
1350
|
96.060
|
33.884
|
2025
|
1.482.139
|
118.571
|
1350
|
117.221
|
41.348
|
Asumsi :
1
Pertumbuhan penduduk 4.01 % per tahun
2
Konsumsi beras 80 kg/kapita/tahun
3
Luas panen padi ladang tetap (1000 ha) berdasarkan data BPS-PB
(2007)
4
Indeks panen (IP) padi ladang 1,0; Produktifitas padi ladang: 2,5
ton/ha
5
Kehilangan padi pada penyimpanan dan pengangkutan; 10 %
6
Rendemen padi 60%
7
Produktivitas padi sawah 3,5 ton/ha; IP padi sawah: 1,5
Tabel 7. Jaringan Irigasi dan
Luas Sawah.
Jaringan irigrasi (termasuk rencana)
|
27.000 Ha
|
Luas panen sekarang
|
7.455 Ha
|
Luas sawah baku (perkiraan)
|
5.000 Ha
|
Kebutuhan sawah 2006;100% SS
|
19.339 Ha
|
Kebutuhan sawah 2014;100% SS
|
26.663 Ha
|
Kebutuhan sawah 2025;100% SS
|
41.348 Ha
|
Potensi lahan untuk sawah
|
625.616 Ha
|
Tabel 8. Luas Areal Pengembangan
Padi Gogo dan Hortikultura.
Kabupaten/Kota
|
Komoditas
|
|
Padi gogo, Jagung,
Ubi-ubian
|
Hortikultura
(sayuran/buah)
|
|
Fak Fak
|
6.951
|
0
|
Kaimana
|
0
|
9.268
|
Teluk Wondama
|
0
|
0
|
Teluk Bintuni
|
60.244
|
0
|
Manokwari
|
0
|
9.270
|
Sorong Selatan
|
32.440
|
4.634
|
Sorong/Kota
|
20.854
|
92.684
|
Raja Amapt
|
0
|
0
|
Jumlah
|
120.489
|
115.856
|
Tabel 9. Tingkat Konsumsi Pangan
Lokal di Papua Barat.
Jenis Pangan
|
Konsumsi (kg/kapita/th)
|
Kebutuhan
(Ton/Thn)
|
Produksi Lokal
(Ton)
|
Beras
|
80
|
56.176
|
27.518
|
Sagu
|
14
|
9.831
|
Na
|
Ubi Jalar
|
17
|
11.937
|
21405
|
Keladi
|
2
|
1.404
|
Na
|
3.
Pertumbuhan
PDRB Pertanian
Sesuai Data Badan Pusat Statistik
Provinsi Papua Barat Tahun 2009, menunjukkan pertumbuhan yang positif apabila
dibandingkan dengan tahun 2008. Hal ini berkaitan dengan adanya beberapa sektor
yang mengalami percepatan pertumbuhan. Pada Tahun 2009, besaran nilai PDRB atas
dasar harga berlaku mencapai Rp. 14,547,73 milliar, sedangkan atas harga
konstan 2000 mencapai Rp. 6.768,20 milliar. Sementara pertumbuhan ekonomi Papua
Barat tahun 2009 sebesar 6,26 persen terhadap tahun 2008 (year on year). Pertumbuhan
PDRB tanpa migas pada tahun 2009 mencapai 7,36 persen, lebih tinggi dari
pertumbuhan PDRB dengan migas yang besarnya 6,26 persen. Semua pertumbuhan
ekonomi mengalami pertumbuhan positif selama tahun 2009.
Indikator ketenagakerjaan di
Provinsi Papua Barat yang terpenting adalah terkait isu pengangguran. Jumlah
pengangguran mengalami peningkatan pada Agustus 2009 menjadi 26.626 orang
dibandingkan dengan kondisi Agustus 2008 sebesar 26.189 orang.
Pertumbuhan ekonomi di Provinsi
Papua Barat tahun 2009 mencapai 6,26 persen atau lebih tinggi dari capaian
pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya 4,55 persen akibat terkena dampak
krisis global pada sepanjang tahun 2009.
Dalam rentang lima tahun terakhir
sektor-sektor utama yang mendominasi penciptaan PDRB di Papua Barat adalah
sektor pertanian. Sekor pertanian merupakan sektor kontribusi terbesar terhadap
PDRB Papua Barat yaitu berada pada kisaran 24 sampai 27 %, dengan kecenderungan
menurun pada setiap tahunnya. Pada tahun 2005 kontribusinya sebesar 27,20
persen kemudian pada tahun-tahun berikutnya mengecil menjadi 27,15 persen;
26,65 persen; 24,92 persen; dan terakhir sebesar 24,52 persen pada tahun 2009.
4.
Produksi
Komoditas Pertanian
a.
Komoditas Tanaman Pangan
Produksi komoditas pertanian
tanaman pangan di Provinsi Papua Barat tahun
2011, adalah sebagai berikut:
1.
Luas
panen padi sawah + gogo sebesar 16.566 hektar dengan produksi 58.608 ton,
sehingga produktivitas rata – rata per hektarnya 54,11 kwintal per hektar atau 5,4
ton per hektar.
2.
Luas
panen jagung di Provinsi Papua Barat sebesar 1.278 hektar dengan produksi 2.125
ton, sehingga produktivitas per hektarnya adalah 16.63 kwintal atau setara
dengan 1,7 ton per hektar.
3.
Luas
panen kedelai Provinsi Papua Barat sebesar 375 hektar dengan produksi 403 ton,
sehingga produktivitas per hektarnya adalah 10,74 kwintal atau setara dengan 1,1 ton per hektar.
4.
Luas
panen kacang tanah di Provinsi Papua Barat sebesar 596 hektar dengan produksi 625
ton, sehingga produktivitas per hektarnya adalah 10,49 kwintal atau setara
dengan 1,1 ton per hektar.
5.
Luas
panen kacang hijau di Provinsi Papua Barat sebesar 257 hektar dengan produksi 264
ton, sehingga produktivitas per hektarnya adalah 10,28 kwintal atau setara
dengan 1,0 ton per hektar.
6.
Luas
panen ubi kayu di Provinsi Papua Barat sebesar 1.744 hektar dengan produksi 20.440
ton, sehingga produktivitas per hektarnya adalah 117,20 kwintal atau setara
dengan 11,7 ton per hektar.
7.
Luas
panen ubi jalar di Provinsi Papua Barat sebesar 1.018 hektar dengan produksi 10.410
ton, sehingga produktivitas per hektarnya adalah 102,26 kwintal atau setara
dengan 10,22 ton per hektar.
b.
Komoditas
Hortikultura
Komoditas
Hortikultura dibagi menjadi komoditas yaitu sayur-sayuran ,buah-buahan dan
biofarmaka.
Berdasarkan data ATAP
Hortikultura 2011 luas panen, produksi dan produktivitas di Papua Barat sebagai
berikut :
® Sayur – sayuran :
1. Luas
panen bawang merah di Provinsi Papua Barat sebesar 77 hektar dengan produksi 106 ton, sehingga produktivitas per hektarnya adalah 1,4 ton.
2. Luas
panen bawang putih di Provinsi Papua Barat sebesar 5 hektar dengan produksi 3
ton, sehingga produktivitas per hektarnya 0,6 ton.
3. Luas
panen bawang daun di Provinsi Papua Barat sebesar 69 hektar dengan produksi 139
ton, sehingga produktivitas per hektarnya 2,0 ton.
4.
Luas
panen kentang di Provinsi Papua Barat sebesar 86 hektar dengan produksi 256
ton, sehingga produktivitas per hektarnya adalah 2,98 ton.
5.
Luas
panen kubis di Provinsi Papua Barat sebesar 154 hektar dengan produksi 310 ton,
sehingga produktivitas per hektarnya adalah 2,0 ton.
6.
Luas
panen kembang kol di Provinsi Papua Barat sebesar 28 hektar dengan produksi 67
ton, sehingga produktivitas per hektarnya adalah 2,4 ton.
7.
Luas
panen kacang panjang di Provinsi Papua Barat sebesar 624 hektar dengan produksi
2.301 ton, sehingga produktivitas per hektarnya adalah 3,7 ton.
8. Luas
panen cabe besar di Provinsi Papua Barat sebesar 285 hektar dengan produksi
1.085 ton, sehingga produktivitas per hektarnya adalah 3,8 ton.
9. Luas
panen cabe rawit di Provinsi Papua Barat
sebesar 504 hektar dengan produksi 1.642 ton, sehingga produktivitas per
hektarnya adalah 3,3 ton.
10. Luas
panen petsai / sawi di Provinsi Papua Barat sebesar 636 hektar dengan produksi 1.734
ton, sehingga produktivitas per hektarnya adalah 2,7 ton.
11. Luas
panen wortel di Provinsi Papua Barat sebesar 14 hektar dengan produksi 25 ton,
sehingga produktivitas per hektarnya adalah 1,8 ton.
12. Luas
panen tomat di Provinsi Papua Barat sebesar 400 hektar dengan produksi 1.961
ton, sehingga produktivitas per hektarnya adalah 4,9 ton.
13. Luas
panen terung di Provinsi Papua Barat sebesar 300 hektar dengan produksi 1.894
ton, sehingga produktivitas per hektarnya adalah 6,3 ton.
14.
Luas
panen buncis di Provinsi Papua Barat sebesar 197 hektar dengan produksi 767
ton, sehingga produktivitas per hektarnya adalah 3,9 ton.
15.
Luas
panen ketimun di Provinsi Papua Barat sebesar 361 hektar dengan produksi 1.430
ton, sehingga produktivitas per hektarnya adalah 4,0 ton.
16. Luas
panen kangkung di Provinsi Papua Barat sebesar 490 hektar dengan produksi 3.327
ton, sehingga produktivitas per hektarnya adalah 6,8 ton.
17. Luas
panen bayam di Provinsi Papua Barat sebesar 581 hektar dengan produksi 1.645 ton,
sehingga produktivitas per hektarnya adalah 2,8
ton.
® Buah – buahan :
1.
Luas
panen Alpukat di Provinsi Papua Barat sebesar 33 hektar dengan produksi 3.106 ton, sehingga produktivitas per hektarnya
adalah 931,1 ton.
2. Luas
panen Duku/Langsat/kokosan di Provinsi Papua Barat sebesar 106 hektar dengan
produksi 8.796 ton, sehingga produktivitas per hektarnya 814,4 ton.
3.
Luas
panen Durian di Provinsi Papua Barat sebesar 162 hektar dengan produksi 17.377 ton,
sehingga produktivitas per hektarnya 1072,7 ton.
4.
Luas
panen Jambu biji di Provinsi Papua Barat sebesar 64 hektar dengan produksi
2.735 ton, sehingga produktivitas per hektarnya adalah 428,2 ton.
5. Luas
panen Jeruk siam/keprok di Provinsi Papua Barat sebesar 38 hektar dengan
produksi 1.488 ton, sehingga produktivitas per hektarnya adalah 391,6 ton.
6.
Luas
panen Jeruk besar di Provinsi Papua Barat sebesar 9 hektar dengan produksi 1.257
ton, sehingga produktivitas per hektarnya adalah 139,7 ton.
7.
Luas
panen Mangga di Provinsi Papua Barat sebesar 55 hektar dengan produksi 5.266
ton, sehingga produktivitas per hektarnya adalah 957.8 ton.
8. Luas
panen Manggis di Provinsi Papua Barat sebesar 0,3 hektar dengan produksi 9
kuintal, sehingga produktivitas per hektarnya adalah 3,21 ton.
9.
Luas
panen Nangka/cempedak di Provinsi Papua
Barat sebesar 60 hektar dengan produksi 5.503 ton , sehingga produktivitas per
hektarnya adalah 917,2 ton.
10.
Luas
panen Nenas di Provinsi Papua Barat sebesar 230 hektar dengan produksi 1,070 ton,
sehingga produktivitas per hektarnya
adalah 46,4 ton.
11.
Luas
panen Pepaya di Provinsi Papua Barat sebesar 100 hektar dengan produksi 5,537
ton, sehingga produktivitas per
hektarnya adalah 554,2 ton.
12.
Luas
panen Pisang di Provinsi Papua Barat sebesar 953 hektar dengan produksi 39.769
ton, sehingga produktivitas per
hektarnya adalah 417,5 ton.
13.
Luas
panen Rambutan di Provinsi Papua Barat sebesar 39 hektar dengan produksi 2.789
ton, sehingga produktivitas per hektarnya adalah 713,1 ton.
14.
Luas
panen Salak di Provinsi Papua Barat sebesar 254 hektar dengan produksi 832 ton,
sehingga produktivitas per hektarnya
adalah 32,8 ton.
15.
Luas
panen Sirsak di Provinsi Papua Barat sebesar 12 hektar dengan produksi 326 ton,
sehingga produktivitas per hektarnya adalah 27,2 ton.
16.
Luas
panen Sukun di Provinsi Papua Barat sebesar 35 hektar dengan produksi 1.845 ton,
sehingga produktivitas per hektarnya adalah 534,8 ton.
17.
Luas
panen Petai di Provinsi Papua Barat sebesar 6 hektar dengan produksi 364 ton,
sehingga produktivitas per hektarnya adalah 60,7 ton.
® Biofarmaka :
1.
Luas
panen Jahe di Provinsi Papua Barat sebesar 6.881 m2 dengan produksi 10.943 kg,
sehingga produktivitas 1.49 kg/m2 .
2.
Luas
panen Laos/lengkuas di Provinsi Papua Barat sebesar 10.580 m2 dengan produksi 15.914
kg, sehingga produktivitas 1.43 kg/m2.
3.
Luas
panen Kencur di Provinsi Papua Barat sebesar 4.299 m2 dengan produksi 4.889 kg,
sehingga produktivitas 1.12 kg/m2.
4.
Luas
panen Kunyit di Provinsi Papua Barat sebesar 8.959 m2 dengan produksi 19.516
kg, sehingga produktivitas 2.10 kg/m2.
5.
Luas
panen Lempuyang di Provinsi Papua Barat sebesar 60 m2 dengan produksi 1.265 kg,
sehingga produktivitas 21.08 kg/m2.
6.
Luas
panen Temulawak di Provinsi Papua Barat sebesar 2.097 m2 dengan produksi 8.413
kg, sehingga produktivitas 3.99 kg/m2.
7.
Luas
panen Temuireng di Provinsi Papua Barat sebesar 928 m2 dengan produksi 1.322
kg, sehingga produktivitas 1.42 kg/m2.
8.
Luas
panen Dlingo/Dringo di Provinsi Papua Barat sebesar 55 m2 dengan produksi 783
kg, sehingga produktivitas 11.69 kg/m2.
9.
Luas
panen Kapulaga di Provinsi Papua Barat sebesar 70 m2 dengan produksi 313 kg,
sehingga produktivitas 2.85 kg/m2.
10.
Luas
panen Mengkudu/Pace di Provinsi Papua Barat sebesar 373 m2 dengan produksi 6.910
kg, sehingga produktivitas 16.69 kg/m2.
11.
Luas
panen Mahkota Dewa di Provinsi Papua Barat sebesar 175 m2 dengan produksi 9.800
kg, sehingga produktivitas 51.58 kg/m2.
12.
Luas
panen Kejibeling di Provinsi Papua Barat sebesar 32 m2 dengan produksi 1.122
kg, sehingga produktivitas 35.06 kg/m2.
13.
Luas
panen Sambiloto di Provinsi Papua Barat sebesar 170 m2 dengan produksi 1.117
kg, sehingga produktivitas 5.73 kg/m2.
c.
Komoditas
Peternakan
Komoditas peternakan unggulan di
Provinsi Papua Barat adalah sapi potong, kambing dan babi. Sedangkan komoditi ternak unggas, yaitu ayam
ras petelur, ayam ras pedaging, ayam kampung dan itik. Data populasi, produksi daging dan
produksi telur, Provinsi Papua Barat Tahun 2011, adalah
sebagai berikut:
1.
Populasi
Ternak
Populasi ternak di Provinsi Papua Barat relatif kecil
bila dibandingkan dengan luas wilayah, ketersediaan pakan ternak, daya beli dan
peluang pasar. Populasi ternak sapi
potong tercatat Tahun 2011 adalah : 41.462 ekor; ternak kambing : 16.810 ekor; ternak babi, 75.811 ekor. Sedangkan jenis unggas adalah ayam ras
petelur : 64.238 ekor; ayam ras pedaging
: 581.089; itik, 19.693 ekor.
2.
Produksi
Daging
Produksi daging di Provinsi Papua
Barat Tahun 2011 sebesar 3.945.753 Kg, dengan rincian : Daging sapi, 2.306.136
Kg, daging kambing, 39.834 Kg, daging
babi : 345.582 Kg. Sedangkan untuk
ternak unggas, sumbangan terbesar berasal dari
ayam kampung, yaitu : 767.944 Kg diikuti oleh ayam ras pedaging , 454.464 Kg, ayam ras petelur, 20.489 dan
itik, 11.334 Kg.
3.
Produksi
Telur
Produksi telur di Provinsi Papua
Barat Tahun 2011 sebesar 807.215 Kg, dengan rincian : telur ayam kampung, 351.884 Kg, ayam ras
petelur, 349.166 Kg dan itik, 106.165
Kg.
4.
Sarana
dan Prasarana Kesehatan Hewan
Sarana dan prasarana kesehatan
hewan dan kesehatan masyarakat veteriner sangat kurang, sebagai berikut ;
Tenaga medik Dokter hewan, 4 orang, laboratorium type C, 1 unit; Klinik hewan 2
unit, pos kesehatan hewan tidak ada, laboratorium kesehatan masyarakat
veteriner tidak ada, rumah potong hewan, 2 unit; peralatan laboratorium masih
sederhana / belum lengkap.
d.
Kemandirian
dan Ketahanan Pangan
Melihat data produksi produk
pertanian tersebut diatas, ternyata
masih sangat kurang untuk kemandirian dan ketahanan pangan daerah. Umumnya produk yang kurang adalah komoditas
introduksi dan perlu penanganan khusus, seperti
beras, sayuran dataran tinggi, daging ayam broiler, telur ayam ras dan
susu. Sebagai gambaran, sesuai data dari
Badan Pusat Statistik (BPS) , Tahun
2005 Bulog terpaksa membeli 17.820.371 ton beras dari daerah lain untuk menutupi
kekurangan stok kebutuhan beras di
Provinsi Papua Barat karena kualitas produksi beras lokal tidak mampu bersaing. Demikian juga produk peternakan, data Dinas
Pertanian Peternakan dan Ketahanan Pangan
Provinsi Papua Barat, Tahun 2005
untuk menutupi kekurangan produksi dan tingginya permintaan pasar, rata – rata para importir memasukan daging sapi sebanyak 470,83 kg /bulan atau 5.650 kg / tahun; daging ayam broiler beku sebanyak 32.195 kg/bulan atau 386.335 kg/tahun dan
telur ayam ras sebanyak 78.644 kg/bulan atau 943.731 kg/tahun setara dengan
14.155.965 butir telur ayam ras per tahun.
e.
Peningkatan
eksport
Mengingat produksi pangan lokal
belum mampu untuk memenuhi kebutuhan ketahanan pangan daerah, maka peningkatan
ekspor produk tanaman bahan makanan dan
peternakan relatif sangat kecil. Umumnya produk yang mampu bersaing untuk
dieksport adalah komoditas lokal, seperti keladi, talas dan ternak babi lokal.
f.
Kesejahteraan
Petani
Memperhatikan produksi, kemandirian dan ketahanan pangan dan
peningkatan eksport, serta data
informasi harga pasar, maka dapat disimpulkan bahwa rata – rata tingkat
pendapatan dan kesejahteraan petani dikatagorikan rendah, yaitu berkisar Rp. 500.000
- 750.000,- per bulan.
C. Isu
– Isu Strategis Sektor
Pembangunan
pertanian di Provinsi Papua Barat merupakan bagian integral dari pembangunan
pertanian nasional, sehingga isu – isu strategis sektor pertanian nasional
secara langsung menjadi bagian yang tak terpisahkan untuk dicari
solusinya. Adapun isu strategis sektor
pertanian, antara lain :
a.
Pelaksanaan
tata pemerintahan yang bersih dan transparan (Good Governance);
b.
Revitalisasi
Penyuluhan Pertanian.
c.
Pasar
bebas, (mengutamakan keunggulan
komparatif dari setiap produk yang
dihasilkan, sehingga terjadi persaingan bebas sesuai dengan mekanisme
pasar);
d.
Otonomi
daerah, (setiap daerah diberi kewenangan sepenuhnya untuk mengelola sumber daya
yang tersedia untuk kesejahteraan masyarakat
tanpa campur tangan / intervensi pusat);
e.
Program
aksi 2 (dua) juta ton beras Tahun 2007 dan Program aksi kecukupan daging Tahun
2010.
f. Kasus wabah flu burung di seluruh Indonesia (khusus Papua
Barat, masih tergolong daerah aman, tetapi beresiko tinggi).
g. Fenomena iklim yang tak menentu,
sehingga mempengaruhi musim tanam, kerusakan tanaman, gagal panen dan lalin –
lain.
i. Tingginya tingkat kehilangan hasil padi secara nasional yang
mencapai rata-rata 20% setiap musim
panen.
j. Tingginya tingkat pemotongan ternak betina produktif secara
nasional mencapai 25% per tahun.
k. Kecenderungan konsumen untuk mengkonsumsi produk pertanian
organik (kembali ke alam) dan menolak produk pertanian an organik (residu bahan
kimia ).
l. Kompleksnya serangan OPT dan Penyakit ternak, sehingga perlu
perhatian khusus.
m. Alih fungsi lahan pertanian sangat
cepat, tetapi tidak diimbangi dengan perluasan
areal yang baru.
n. Hak patent dan hak publik,
(hasil karya seseorang maupun potensi lokalita didaerah sedapat
mungkin dilindungi dan dijadikan sebagai potensi unggulan);
o. Posisi tawar dan nilai tukar petani rendah (high risk – low
profit);
p. Pelestarian lingkungan;
q. Investasi swasta ;
r. Budaya Korupsi, Kolusi dan Nepotismen (KKN).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar