Evaluasi sasaran
Peningkatan Produktivitas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan
Sasaran Pembangunan Tanaman Pangan ,Hortikultura dan Peternakan di Provinsi Papua Barat adalah meningkatkan produktivitas Tanaman Pangan ,Hortikultura dan Peternakan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat serta meningkatkan pendapatan petani. Realisasi produktivitas Tanaman Pangan ,Hortikultura dan Peternakan di Provinsi Papua tahun 2011 sebagaimana pada terlihat pada table. 1 dan 2 berikut ini.
Sasaran Pembangunan Tanaman Pangan ,Hortikultura dan Peternakan di Provinsi Papua Barat adalah meningkatkan produktivitas Tanaman Pangan ,Hortikultura dan Peternakan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat serta meningkatkan pendapatan petani. Realisasi produktivitas Tanaman Pangan ,Hortikultura dan Peternakan di Provinsi Papua tahun 2011 sebagaimana pada terlihat pada table. 1 dan 2 berikut ini.
Tabel 1.
|
Perkembangan Produktivitas Tanaman
Pangan dan Hortikultura di Papua Barat tahun 2011
|
||||
No.
|
Komoditi
|
Produktivitas (Kw/Ha) tahun 2011
|
Persen (%) Realisasi
|
||
Target
|
Realisasi
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
|
Padi
(Ton )
Jagung
(ton)
Kedelai
(ton)
KacangTanah
(ton)
Kacang Hijau
(ton)
Ubi Kayu
(ton)
Ubi Jalar
(ton)
Keladi (ton )
Sayuran
(ton)
Buah-buahan
ton)
|
36,40
16,46
10,64
10,46
10,19
87,37
98,01
-
38,00
73,93
|
35,38
16,63
10,74
10,49
10,28
117,20
102,26
-
34,00
61,49
|
97,20
101,10
101,00
100,30
100,90
134,20
104,40
-
89,50
83,20
|
|
Dari tabel .1
diatas menunjukan bahwa realisasi produktivitas tanaman pangan dan hortikultura
dalam kurun waktu tahun 2011 terjadi penurunan dari target yang direncanakan,
hal ini menunjukan terjadi penurunan produktivitas yang cukup signifikan dimana
persentase target dan realisasi tertinggi dicapai pada komoditi Buah-buahan yaitu 61,49 %, diikuti oleh komoditi sayuran yaitu
34,00 %, dan komoditi padi yaitu 35,38 %, sedangkan target dan ralisasi tertinggi dicapai
hanya pada komoditi Ubi kayu yaitu 117,20 %. Terjadinya peningkatan produktivitas
komoditi ubi kayu tersebut antara lain karena ditunjang oleh adanya peningkatan
produksi per hektar melalui penumbuhan sentra produksi baru maupun peningkatan
mutu intensivikasi. Sedangkan terjadinya penurunan produktivitas untuk tanaman sayuran
dan buah-buahan umumnya karena
terjadinya penundaan waktu tanam yang sebabkan faktor iklim serta faktor tenaga
kerja dan penyebab lain yaitu faktor pemupukan yang tidak merata dan tidak
tepat waktu serta terjadinya serangan OPT dominan pada beberapa lokasi potensi
sehingga terjadinya penurunan produktivitas.
Tabel
2.
|
Perkembangan
Produksi Daging di Papua Barat tahun 2011
|
||||
Produksi (Kg)
tahun 2011
|
Persen (%) Realisasi
|
||||
No.
|
Komoditi
|
Target
|
Realisasi
|
||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
I.
|
Produksi Daging
|
||||
1.
|
Sapi
(kg)
|
1.292.005
|
2.306.136
|
178.50
|
|
2.
|
Kambing
(kg)
|
33.223
|
39.834
|
119.90
|
|
3.
|
Babi
(kg)
|
285.450
|
345.552
|
121.10
|
|
4.
|
Ayam
ra (kg)
|
436.311
|
454.464
|
104.20
|
|
5.
|
Ayam
kampung (kg)
|
680.295
|
767.944
|
112.90
|
|
6.
|
Ayam
petelur (kg)
|
35.246
|
20.489
|
58.20
|
|
7.
|
Itik
(kg)
|
11.117
|
11.334
|
102.00
|
|
Jumlah :
|
2.773.647
|
3.945.753
|
142.30
|
||
II.
|
Produksi Telur
|
||||
1.
|
Ayam kampung
|
308.317
|
351.884
|
114.20
|
|
2.
|
Ayam ras petelur
|
338.187
|
349.166
|
103.30
|
|
3.
|
Itik
|
96.079
|
106.165
|
110.50
|
|
Jumlah :
|
742.583
|
807.215
|
108.70
|
||
Dari tabel
diatas menunjukkan terjadinya peningkatan produksi daging di Papua Barat
sebesar 142 % dari target 2.773.647 Kg menjadi 3.945.753 Kg dalam setahun dan
ini terutama terjadi peningkatan yang signifikan pada daging sapi sebesar 178 %
dari terget 1.292.005 Kg menjadi 2.306.136 Kg.
Sedangkan produksi telur di tahun 2011 terjadi peningkatan sebesar 108 %
dari target 742.583 Kg menjadi 807.215 Kg. dan yang terjadi peningkatan yang
cukup signifikan terjadi pada ternak ayam kampung
b). Capaian Produksi Tanaman Pangan dan
Hortikultura
Pencapaian
produksi tanaman panagan dan hortikultura selengkapnya dapat dilihat pada tabel
3 berikut ini.
Tebel 3. Capaian Produksi Tanaman Pangan dan
Hortikultura Provinsi Papua Barat Tahun 2011.
NO
|
Komoditi
|
Capaian
|
Produksi
|
Produksi rata-rata (Ton/Ha)
|
|
Luas Tanam
(Ha)
|
Luas Panen (Ha)
|
||||
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
|
Padi
Jagung
Kedelai
Kacang Tanah
Kacang Hijau
Ubi Kayu
Ubi Jalar
Keladi
Sayuran
Buah-buahan
|
4.061
468
103
280
110
510
378
-
5.205
2.462,39
|
9.853
877
480
468
216
292
777
-
5.518
11.475
|
35.869
1.444
511
490
220
8.665
7.615
-
811
20.243
|
3.640
1.646
1,064
1,046
1.019
8.735
9.801
-
160
7.393
|
Demikian secara
umum produksi tanaman pangan ,hortikultura dan peternakan yang pada tahun 2011.
mengalami penurunan dari target produksi yang di tetapkan.
c).
Evaluasi Program Prioritas Tanaman Pangan dan
Hortikultura TA, 2011 antara lain;
1. Evaluasi Pengembangan agribisnis (03)
Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka pencapaian
program pemberdayaan ekonomi rakyat dan perluasan lapangan kerja keseluruhan berhasil dicapai. keberhasilan
capaian program tersebut adalah:
- Pembinaan dan Pengembangan Pupuk di 2
Kabupaten masing-masing Manokwari 1 kelompok tani dan Sorong 1 kelompok tani
dengan jumlah peserta keseluruhan 50 orang.
2. Evaluasi Peningkatan Ketahanan Pangan
a. Peningkatan
produksi padi melalui penggunaan benih berlabel 3.500 Ha. Realisasi/capaian
kegiatan ini adalah peningkatan sentra padi di 3 (tiga) kabupaten yaitu;
Manokwari 2.100 Ha, Sorong 1.100 Ha, dan Teluk Bintuni 300 Ha. Varietas yang
digunakan adalah varietas unggul yang berproduksi tinggi dan tahan hama
penyakit seperti: Ciherang, Cigeulis, dengan jumlah 117 kelompok
atau 1.750 orang
petani yang tersebar di 3 kabupaten tersebut.
b. Peningkatan
produksi kedelai melalui pengunaan benih berlabel 500 Ha. Reaalisasi/capai
kegiatan ini adalah peningkatan produksi kedelai di 3 (enam) kabupaten yaitu;
Manokwari 450 Ha, Sorong 40 Ha, dan
Teluk Bintuni 10 Ha. Varietas yang digunakan adalah varietas unggul yang
berproduksi tinggi yaitu baluran.
c. Pengembangan
Balai Benih Induk (BBI) Padi, Palawija dan Hortikultura. Realisasi/capain kegiatan ini antara lain;
perbanyakan benih sumber kelas benih BD 1 ha dan BP 2 ha serta benih sebar 30
ha, untuk memenuhi perbanyakan benih dikabupaten/Kota. Hasil yang dicapai dari
kegiatan perbanyakan sebanyak 141 ton, terdiri dari kelas BD sebanyak 1,2 ton
dan kelas BP sebanyak 2,1 ton serta kelas beni sebar sebanyak 120 ton.
c. Bantuan benih/bibit, sarana produksi
pertanian kelembagaan perbenihan yang
pelaksanaannya dilakukan di Manokwari pada satu kelompok penangkar benih padi
dengan bantuan binit/bibit serta sarana produksi pertanian bagi kelompok
penankar sebanyak 30 petani penangkar yang ada di Kabupaten Sorong dan
Manokwari. Bantuan yang diberikan berupa 50 kg benih padi, 100 kg benih jagung
dan 50 kg benih kedelai.
d. Pendidikan dan pelatihan teknis mutu
pertanian dilaksanakan di Kabupaten Manokwari untuk petani padi dan kedelai
sebanyak 50 orang dengan tujuan peningkatan pengetahuan dan peningkatan mutu
produk hasil pertanian.
e. Pembinaan dan Pengembangan Komoditas
Tanaman Pangan dengan harapan terjadinya peningkatan produksi dan
produktivitas serta terjadinya
peningkatan pengentahuan petani tanaman pangan sebanyak 50 orang di Kabupaten
Sorong dan Kabupaten Manokwari.
Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) penyakit hewan, karantina
dan peningkatan ketahanan pangan ;
-
Pengamatan, peramalan organisme pengganggu
tanaman dan fenomena iklim dilakukan secara rutin di 9 kabupaten/kota dengan
hasil berupa data laporan perkembangan OPT yang dimanfaatkan untuk perencanaan
dalam pengambilan keputusan pengendalian dilapangan.
-
Penanggulangan organisme pengganggu tanaman
dan dampak bencana alam pelaksanaannya pada 9 kabupaten/kota dengan hasil
berupa data guna mengambil tindakan dalam pengendalian OPT dilapangan sehingga
diharapkan tidak terjadi penurunan produksi.
-
Pembinaan dan Pengembangan Pestisida
dilaksanakan di 9 kabupaten/kota pada petani pengguna pestisida serta para
pedagang dan pengecer pestisida.
3. Evaluasi Program Peningkatan Kesejahteraan
Petani
Kegiatan
yang dilaksanakan dalam rangka pencapaian program peningkatan pelayanan
pemerintah. Keberhasilan/ capaian program tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pelatihan
petugas pengawasan pupuk dan pestisida Kab/kota se Prov. Papua Barat.
Hasil/capaian kegiatan ini adalah telah
dilakukan pelatihan di Jakarta selama 3 (tiga) hari dengan jumlah peserta
sebanyak 5 orang yang terdiri dari petugas kab/kota dan provinsi.
b. Forum
penerapan teknologi perbenihan hortikultura. Hasil/capaian program ini adalah;
(1) Terselengaranya forum penerapan teknologi perbenihan hortikultura yang
dilaksanakan selama 3 hari dengan jumlah peserta yang hadir sebanyak 25 orang
dari petugas kab/kota dan provinsi serta petani penangkar buah, (2) Pengadaan
peralatan pertanian antara lain yaitu; parang 50 bh, cangkul 50 bh, sekop 50
bh, pot 50 bh, piasu okulasi 50 bh, gunting stek 50 bh,
polibag 2.000 lembar, paranet 100 m, hand sprayer 20 bh, peralatan kantor
berupa notebok 1 paket .
c. Forum
penerapan teknologi perbenihan hortikultura . Hasil/capaian program Pantauan
harga ini dilakukan oleh 13 petugas pencatat dan pemantauan harga adalah; (1)
Terkumpulnya data pencatatan harga pasar ( produsen+ konsumen) se provinsi
papua pada 4 lokasi pasar lokal, (2) Penyebaran data harga pasar lewat media elektronik melalui RRI Manokwari 1 kali
seminggu.
d. Analisa
ekonomi usahatani komoditi TPH di tingkat petani dan temu usaha UPJA provinsi
Papua. Hasil/capaian program ini adalah :
Tersedianya data analisa ekonomi usahatani dari dari
6 komoditi TPH di 2
kab dengan komoditi sebagai berikut:
Kabupaten Manokwari : Padi, Jagung , Kacang Panjang dan Kedelai dan Sorong
: Padi, Kedelai, cabe, kacang tanah.
Selain
program prioritas diatas, terdapat juga beberapa kegiatan yang dilaksanakan
oleh 3 (tiga) Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) yaitu;
1.
UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan
Hortikultura (BPTPH)
No
|
Program
|
Kegiatan dan Realisasi/Capaian Program
|
|
1.
|
Peningkatan
Ketahanan Pangan
|
Hasil/capaian program ini adalah:
1.
Sekolah
Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) tanaman pangan dan hortikultura.
Kegiatan ini diikuti oleh 150 orang yang tersebar di 5 kab/kota dengan
pengadaan peralatan laboratorim lainya
satu set yang terdiri dari mikroskop1 unit, gelas ukur 10 buah, erlemeyer
10 buah, enkas 1 buah, timbangan elektrik 1 buah. Akhir dari pada kegiatan
ini para petani diharapkan mampu dan terampil
serta bisa langsung mengambil keputusan sendiri dalam mengendalikan OPT
sesuai dengan permasalahan OPT masing-masing.
2.
Peramalan
dan pemberian rekomendasi pengendalian OPT TPH 37 wilayah pengamatan.
Hasil/capaian Kegiatan ini yaitu; diikuti oleh 37 orang di 5 kab/kota . Akhir
dari kegiatan diharapkan petugas mahir dalam mengeluarkan rekomendasi
pengendalian dengan pengunaan pestisida secara bijaksana.
|
|
3. Pemberdayaan petani tentang cara
pengunaan pestisida secara secara bijaksana. Hasil/capaian kegiatan ini
adalah:
Kegiatan ini dilaksanakan di 37 wilayah pengamatan di 2 kab/kota dengan berbagai hal-hal yang diamati
antaralain, intensitas serangan OPT, luas serangannya, kepadatan populasi
baik pada petek tetap maupun melalui pengamatan keliling.
|
|||
1. Pengadaan peralatan laboratorium lapangan kabupaten Manokwari dan
Sorong. Hasil/capaian kegiatan dikabupaten Manokwari meliputi; (erlemeyer
250 cc 5 buah), (erlemeyer 500 cc 5 buah), (erlemeyer 1000 cc 5 buah).
3. Penyusunan peta serangan
OPT utama TPH. Hasil/capaian kegiatan ini adalah dengan menganalisis
data-data luas serangan dan intensitas serangan beberapa jenis OPT utama
terhadap TPH yang ada di provinsi papua barat, berupa peta 1 buku..
|
2.
UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi
Benih TPH (BPSB TPH)
No
|
Program
|
Kegiatan dan Realisasi/Capaian Program
|
|
1.
|
Peningkatan
Ketahanan Pangan
|
1.
Pengembangan/pendampingan
bimbingan mutu benih tanaman padi di tingkat petani. Hasil yang
dicapai dari kegiatan ini adalah tersedianya produksi 120 ton benih padi,
masing-masing 90 ton di kabupaten Manokwari (varietas cigeulis, ciherang) dan
30 ton di Kabupaten Sorong (varietas ciherang). Hasil kegiatan berupa
sertifikasi/pelabelan sebanyak 1.200 lembar.
|
3.
UPTD Balai Benih Induk (BBI) Padi,
Palawija dan Hortikultura
No
|
Program
|
Kegiatan dan Realisasi/Capaian Program
|
|
1.
|
Program Peningkatan
Ketahanan Pangan.
|
1.
Pengembangan/pendampingan
bimbingan mutu benih tanaman padi di tingkat petani. Hasil yang
dicapai dari kegiatan ini adalah tersedianya produksi 120 ton benih padi,
masing-masing 90 ton di kabupaten Manokwari (varietas cigeulis, ciherang) dan
30 ton di Kabupaten Sorong (varietas ciherang).
2.
Bantuan bibit buah-buahan kepada
petani yaitu; rambutan 500 anakan, durian 500 anakan, dan alat pengolahan tanah pacul 20 buah sekop 20 buah dan hand sprayer 20 buah.
Kegiatan ini dilaksanakan di 1 kab yaitu Manokwari.
2.
Pemberdayaan
Penangkar Benih Tanaman Padi di Tingkat Kelompok Tani.
Hasil/capaian kegiatan ini adalah: tersedianya produksi 120 ton benih padi
masing-masing kabupaten manokwari 90 ton, Sorong 30 ton. Produksi benih
tersebut digunakan oleh BLBU 2011.
|
4. Evaluasi Peningkatan
Investasi dan Eksport.
Kegiatan
yang dilaksanakan dalam rangka pencapaian program peningkatan investasi dan
eksport. Keberhasilan yang di capai program ini adalah sebagai berikut :
* Pelaksanaan
pameran/promosi pembangunan pertanian di
Kambupaten Manokwari dan Agro and food 2011 di Jakarta. Hasil/ capaian kegiatan
pameran yang dilaksanakan sebanyak 2 kali yaitu; (1) Memperkenalkan produk
unggulan di Papua Barat seperti; Buah merah, Anggrek, Tanaman Biofarmaka dan
Produk hasil ternak kambing(susu bubuk), hasil olahan bakso, keripik sukun,
keripik keladi, daun gatal dll, (2) Jumlah pengunjung pada saat pameran
dilaksanakan mencapai 2.000 orang/hari ,
(3) Pertambahan permintaan terhadap produk unggulan papua barat pada tahun yang sama mencapai 5 % dari
permintaan tahun 2009.
Strategi Pemecahan Masalah
1.
Masalah
Dalam
perencanaan dan pelaksanan pembangunan pertanian di papua, barat khususnya sub sektor tanaman pangan
dan hortikultura serta peternakan selalu diperhadapkan pada beberapa masalah utama antara lain
yaitu;
a.
Pemanfaatan Sumber Daya Lahan yang belum
optimal, hal ini dapat dilihat dari dua indikator yaitu (1) terdapat banyak
lahan yang belum dibuka dan lahan-lahan terlantar (sleeping land), (2)
intensitas pertanamannya masih relatif rendah, hal ini dapat dilihat dari
intensitas pertanaman di papua barat rata-rata mencapai 1,32%. Kedua indikator
tersebut memberi indikasi bahwa pemanfaatan lahan masih jauh dari optimal.
b.
Penyediaan Sarana Produksi Pertanian
yang terbatas, hal tersebut dapat menyebabkan sarana produksi pertanian berupa;
benih, pupuk dan pestisida masih belum dapat menjangkau seluruh daerah
pengembangan pertanian (ditingkat petani) secara 6 tepat yaitu tepat Jenis,
Waktu, Jumlah, Lokasi, Dosis dan Harga. Hal ini antara lain disebabkan karena
mekanisme yang sudah ada belum dapat dilaksanakan sebagaimana yang diharapkan.
c.
Ketenagakerjaan (SDM Pertanian) dan
Kelembagaan pertanian yang rendah dan terbatas, hal ini dapat dilihat dari
beberapa indikator antara lain yaitu; (1) produktivitas tenaga kerja yang
rendah hal tersebut dapat dilihat dari
skala usaha tani yang tidak efisien dan efektif.(2) keterbatasan tenaga
kerja pertanian (manusia, hewan, mesin) sebagai penyebab semakin luasnya lahan
tidur dan lahan terlantar tidak berkurang, (3) keterbatasan aparat pertanian
dalam kualitas maupun kuantitas, baik yang bersifat struktural maupun
fungsional (penyuluh), (4) Kelembagaan pertanian yang masih sangat
terbatas. Kelembagaan pertanian yang
ada, seperti BBI (Balai Benih Induk) Padi, Palawija dan Hortikultura hanya
terdapat 5 tenaga PNS aktif serta 1 tenaga honor di Tahun 2010. Hal ini jika dilihat dari tugas dan fungsi
BBI tenaganya masih sangat terbatas jumlah maupun kemampuannya serta sarana dan
prasarana masih terbatas untuk memenuhi target.
d.
Sarana dan Prasarana Pendukung yang
terbatas dan belum memadai antara lain; (a) sarana irigasi, (b) transportasi
dan komunikasi serta (c) institusi pertanian yang ada belum memadai
dibandingkan dengan luas wilayah Provinsi Papua Barat. Khusus mengenai jaringan
transportasi (darat) umumnya masih terbatas di kawasan perkotaan, sehingga
sebagian besar wilayah Distrik dan Pedesaan belum terjangkau. Untuk menjangkau
sebagian besar wilayah distrik pedesaan ini umumnya menggunakan udara ataupun
kapal laut, itupun frekwensi/intensitas jangkauannya terbatas.
e.
Adanya keterbatasan dalam transportasi
tersebut sangat mengganggu kelancaran antara lain; (1) Frekwensi
pembinaan/bimbingan kepada petugas ditingkat daerah/lapangan serta pengendalian
kegiatan di lapangan kurang. Akibatnya proses alih teknologi dan alih program
sangat lamban, (b) Penyaluran sarana produksi, baik benih, peralatan maupun
pestisida tidak lancar dan memerlukan biaya relatif tinggi, (c) Pemasaran hasil
usaha tani terhambat, yang pada gilirannya dapat berakibat petani kurang
bersemangat untuk mengembangkan usaha taninya.
2.
Strategi Pemecahan Masalah
a.
Pembukaan Sentra-Sentra Produksi Tanaman Pangan dan
Hortikultura
Dengan semakin sempitnya lahan pada sentra produksi di pulau Jawa, maka
diharapkan adanya rintisan pembukaan sentra produksi tanaman pangan dan
hortikultura di Papua Barat, diharapkan dapat mewujudkan adanya perluasan areal
tanam dan pemanfatan lahan-lahan terlantar yang dapat mendukung tercapainya
sasaran-sasaran produksi tanaman pangan dan hortikultura.
b. Kemampuan Petugas/Aparat jajaran Tanaman Pangan ,Hortikultura
dan Peternakan
Keberhasilan pembangaunan tanman pangan , hortikultura dan peternakan di
provinsi papua barat akan berpulang pada kemampuan petugas/aparat jajaran tanaman
pangan ,hortikultura dan peternakan , baik struktural maupun fungsional harus
dapat ditingkatkan, melalui penambahan tenaga berkemampuan memadai, maupun
melalui pendidikan ataupun latihan-latihan ketrampilan petugas. Upaya ini hendaknya merupakan prioritas dalam
melakukan serangkaian kegiatan pembangunan tanaman pagan ,hortikultura dan
peternakan.
c.
Keterkaitan antar sektor/sub sektor
Pembangunan Tanaman Pangan ,Hortikultura dan Peternakan sangat memerlukan
dukungan dari sektor/sub sektor lain agar pembangunan tanaman pangan ,hortikultura
dan peternakan dapat terfokus, bersinerjis, holistik dan partisipatif terutama dari unsur pengairan, prasarana
jalan penghubung, koperasi dan pihak swasta/ (stake holder) yang bergerak dibidang penyediaan sarana produksi dan
penampungan hasil-hasil pertanian. Untuk
itu diperlukan adanya keterpaduan, baik dalam perencanaan, pelaksanaan dan
pengendaliannya.
d.
Dukungan Dana
Untuk mendukung pelaksanaan program pembangunan tanaman pangan ,hortikultura
serta peternakan di Papua Barat,
dibutuhkan dana yang memadai, dalam artian sesuai dengan volume kegiatan yang
diprogramkan dan standar biaya yang berlaku di daerah.
e.
Peningkatan Operasional Institusi Pertanian
Institusi tanaman pangan dan hortikultura, terutama Balai
Benih Induk (BBI) Padi, Palawija dan Hortikultura, Balai Pengawasan
dan Sertifikasi Benih Tanaman
Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) merupakan salah satu faktor yang sangat
menentukan keberhasilan program pembangunan tanaman pangan dan
hortikultura. Oleh karenanya peningkatan
kemampuan institusi tersebut perlu dilakukan, antara lain melalui penambahan
tenaga yang profesional, peningkatan petugas perbenihan melalui berbagai
pelatihan atau magang, dan melengkapi sarana/fasilitas kerja yang memadai,
minimal sesuai dengan standar minimal institusi tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar